Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar?
Pada suatu seminar Ippho Santosa, Mas Ippho menceritakan
tentang Bagaimana menganjurkan muslim itu harus kaya agar lebih bisa bermanfaat
karena nabi Muhammad SAW dan sahabat terdekatnya juga kaya. Nabi miskin selama
3 tahun jadi kalau kita miskin lebih 3 tahun katanya kebangetan, perlu ada yang
diubah strategi hidupnya.
Ah yang benar bukankah yang diceritakan ustad nabi
kebanyakan hidup miskin? Nabi hidup miskin selama 3 tahun kemudian kehidupannya
terus meningkat setelah ikut dagang dengan pamannya dan semakin berkembang
setelah menikah dengan siti khadijah dan semakin berkembang setelah menjadi
pemimpin Negara. Karena ada hak bagi pemimpin dan pengurus Negara yang jumlah
tidak sedikit.
Cuma seperti mental kaya yang dibilang mas Ippho, mental kaya lebih suka hidup sederhana
dan sering berbagi dan sedekah. Ya bukan berarti nabi miskin setelah jadi
pemimpin Negara Rosulullah lebih memilih hidup sederhana dan berbagi. Kalau ada
urusan yang penting yang berhubungan dengan keuangan dan menyangkut masalah
umat berapun harganya nabi akan membelinya. Ya karena nabi memang kaya. Tapi
banyak ustad yang sering lebih mengekpose nabi yang saat miskin sehingga
terpengaruh untuk miskin juga jamaahnya.
Kalau di Negara- Negara muslim timur berbeda tidak hanya
mengekpose nabi yang miskin tapi pada saat kaya juga. Contoh sederhana bahwa nabi
kaya adalah memiliki unta yang terbaik, ingat jaman dulu unta itu seperti symbol
kekayaan jaman sekarang seperti merk mobil. Ada merk mobil Ferarri (kuda),
Lamborghini (Bison) jadi kalau diibaratkan unta nabi itu seperti Ferrari yaitu
unta terbaik.
Selanjutnya pedangnya juga pedang terbaik terbuat dari emas, bisa
dilihat di museumnya. Masa pedang nabi KW apalagi ada buatan Made in China bisa
loyo pasukan ntar saat perang. Ketika berhubungan dengan sesuatu yang diperlukan
maka nabi tidak segan-sega mengeluarkan hartanya karena nabi kaya dan mampu.
Ini juga menular kepada sahabat-sahabat nabi terdekat yaitu seperti Abu bakar. Waktu itu Abu Bakar bertemu seorang budak yang
sedang disiksa oleh kafir Qurays. Karena tidak tega dan paham manfaat (pahala)
membebaskan budak sangat besar maka Abu bakar tanpa basa-basi langsung
melakukan jual beli untuk bisa membebaskan budak tersebut.
Ingat dulu budak adalah seperti barang jadi menggunakan
prinsip sepert jualan. Lantas apa yang terjadi? Pedagang budak tersebut tahu
bahwa Abu Bakar ingin membebaskannya, lantas dengan sengaja pedagang tersebut memahalkan
harga budaknya. Tapi Abu Bakar tetap membelinya tanpa tawar-menawar walau
dimahalin.
Mas Ippho memplesatkannya dengan bilang, memang situ beli
harus tawar-menawar dulu keburu mati tuh budak. Pedagang tersebut kemudian
memanas-manasin Abu Bakar “Budak ini murah bro tapi ane mahal-mahalin harganya”
Abu Bakar kemudian bilang “Ente aja yang jual kemurahan ente mahalin lagi ane
beli”. Coba anda, belanja ke pasar, pas tahu bisa beli barangnya lebih murah
di toko sebelah Pasti nyesek banget (padahal beda dikit bingit) “Duh kenapa tidak ke toko itu”, kepikiran
terus. (Mas Ippho Bilang Riwayat hidup orang miskin ya gitu wkwkwk)
Selanjutnya Sahabat Utsman, Beliau membeli mata air. Kalau
sekarang ibarat membeli satu perusahaan air seperti Aqua. Karena paham
manfaatnya tanpa tawar-menawar langsung dibeli, Beda kalau orang miskin pasti
tawar-menawar dulu. Ketika harganya dinaikan oleh pemilik mata air, Utsman
tetap mau membeli, dinaikin lagi, tetap dibeli, bahkan dinaikkan 17 kali lipat
tetap dia akan beli. Kata Nabi beli berapun harganya, karena air waktu dulu
sangat susah sehingga sangat bermanfaat.
Berbeda denga Umar ketika Umar sudah cape menghabiskan
hartanya untuk sedekah ketika meninggal beliau tetap menyisakan 70ribu unit ladang
yang nilainya sekarang nyampai triliunan. Dan masih banyak cerita keteladan
nabi dan sahabat-sahabatnya.
Yap itulah sedikit kisah tentang kesuritauladan nabi dan
sahabatnya yang mental kaya. Mereka kaya tapi tetap hidup sederhana.
Itu Juga mengapa kita harus kaya, Ntar kalau kaya nanti
hisabnya lama mas? (Nah ini pertanyaan pilihan yang salah seperti artikel saya sebelumnya Saya Bingung mau Bisnis apa? Pantas saja tidak berkembang). Ini juga yang ditanyakan ke mas Ippho, Mas Ippho jawabnya keren kurang lebih begini, Ya iya lama
kalau dipakai hartanya untuk maksiat atau hal tidak baik. Coba dipakai sedekah seperti nabi dan
sahabat-sahabatnya. Apa benar gara-gara kaya dan rajin sedekah nanti sahabat nabi akan masuk surga telat?
Jadi Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar, bahkan perlu
sampai mau nangis pedagangnya? Jawabannya Tidak. Jika dilihat sudut pandang pembeli yang dikisahkan nabi dan
sahabatnya bahkan sebagai pembelit tidak menawar kalaupun menawar harganya ditinggikan karena paham
manfaatnya (Value-nya) barang dagangannya.(sudut pandang pembeli)
Jika diperhatikan Sahabat-sahabat nabi di atas adalah kebanyakan
pedagang atau pengusaha sukses, Jadi walaupun pengusaha atau pedagang mereka tidak menawar bikin orang nangis. Karena paham pedagang atau pengusaha itu bukan jago nawar.
Lantas gimana?
Seorang Jago Jualan adalah orang yang pandai bisa
menyampaikan Value (manfaat) barang dagangannya. Jadi bukan masalah harga tapi
masalah Value yang penjual bisa yakinkah kepada konsumennya. Karena berapun
harganya kalau tahu value (manfaatnya) pasti tetap dibeli seperti yang dilakukan nabi dan sahabat nabi. Sebaliknya jika value tidak tersampaikan seberapapun murah-nya tetap tidak akan laku.
Tawar-menawar bisa dikatakan mental miskin jika tidak pada
tempatnya, Lantas kita tidak boleh nego? Boleh dong.. kita akan bahas diartikel
selanjutnya. Bagaimana tawar-menawar mental kaya dalam bahasan teknisnya, yaitu
diartikel Apakah seorang Jago Jualan itu Jago Nawar? Bagian 2…
To be continue..
0 komentar:
Post a Comment