Bagaimana cara membidik target pasar yang tepat anda bisa baca dibuku Buka Langsung Laris bukan hanya itu dalam buku tersebut dibahas lengkap bagaimana membuat prodak anda jadi trendsetter seperi yang telah dipraktekan zanana Chips dengan omset 300juta/bulan lebih, padahal umurnya baru 19tahunan.
Bahasan kali ini adalah penyempurnaan dari Membidik target pasar agar semakin akurat mungkin hingga 99%. Misal setelah toko online anda membidik pasar dengan tepat sehingga bisa menghasilkan puluhan juta hingga ratusan juta. Bisa baca ini Bagaimana cara meningkatkan penjualan toko online SEKETIKA
Caranya bagaimana bisa baca ini Cara Simple dapat 100Juta modal GRATISAN walau GAPTEK
Bingung memulai darimana? Anda bisa ikut ini Inilah rahasia toko-toko online kecil bisa beromzet min 5-10Juta/hari !!
Baik Inilah cara Membidik TARGET PASAR hingga 99% Akurat. Tulisan ini tulisan guru saya Jaya Setiabudi jadi dipastikan sudah teruji dengan baik.
1. PROFILING
Saat pertama Anda launching suatu produk, bisa jadi target pasar Anda tak sesuai dengan rencana, bisa melebar, menyempit atau bergeser.
Misalnya, profil target pasar Anda:
• wanita Indonesia
• 17 – 23 tahun
• single
• pelajar
• naik sepeda motor (kereta, kata orang Medan)
• min kotamadya/kabupaten
• netizen
• penggemar Shireen Sungkar, Al Ghazali, Pevita Pearce
Ternyata saat produk diuji, bahkan diluncurkan, ehh yang datang beda banget. Kebanyakan yang beli, profilnya: cowok-cowok, macho, naik SUV, profesional, dan seterusnya. Apakah Anda akan kekeuh promosi untuk menarik target yang semula atau menyesuaikan yang ada?
Kalau saya, prefer menyesuaikan yang ada. Jelas di depan mata koq ditolak. Bukankah tujuan utama adalah produk laku di pasaran? Apalagi mendapat pembeli lebih mampu memborong produk Anda, alias profilnya ‘naik’ dari sebelumnya, asik donk.
“Mas J, sejak buka usaha, aku gak peduli siapa target pasarku. Aku main hajar bleh, terbukti berhasil. Apakah aku harus lakukan profiling saat ini?”
Jawabnya: TIDAK, jika Anda tak ingin ekspansi.
Namun jika Anda ingin buka cabang/franchise, maka Anda harus menemukan ‘formula’ Buka Langsung Laris sejak hari pertama. Misalnya Anda membuka warung makan, Anda memerlukan lokasi yang sangat tepat di tengah sarang semut atau jalur semut yang sesuai target pasar Anda. Nah, siapa spesifik target pasar Anda?
Mungkin saat buka usaha pertama, Anda mendapatkan ‘keberuntungan’, baik target pasar (lokasi) yang pas, juga ‘timing’ yang pas. Tapi apakah di cabang kedua Anda akan mencoba peruntungan Anda kembali? Judi donk namanya. Investor pun akan takut untuk invest. Kalau ditanya, “Bagaimana menentukan lokasi yang tepat?”. Jawabnya, “Semua lokasi itu tepat, yang penting sedekah dan doa yang banyak Bang…”. Buseett..
Nah, profiling ini berguna untuk mengidentifikasi ulang siapa ‘real’ target pasar Anda saat ini. Setelah melakukan profiling dan mendapatkan target pasar sesungguhnya, tinggal cari ‘kolam’ atau sarangnya.
Mancing di tambak, tokcer.
2. RE-PROFILING
Lokasi: Mochi Maco, Malang, milik Rafli Egy Wijaya, alumni YEA.
Jika Profiling berarti menentukan target pasar di depan, baru mulai usaha, maka Re-Profiling berarti Reverse Profiling, mem-profilkan secara terbalik.
Misalnya, Anda sudah telanjur membuka usaha rumah makan dan 'kecelakaan' berhasil ramai. Ternyata saat Anda membuka cabang, koq sepi, lalat pun takut. Dimana kesalahannya? Atau ingin menduplikasi kesuksesan bisnis pertama, bagaimana formulanya?
Bisnis itu 'ilmu' bukan 'klenik'. Sukses itu berPOLA. Bagaimana caranya mengulang POLA, jika kita tak menemukan blue print POLAnya?!
Untuk mendapatkan POLA, Anda harus memiliki data atau rekam jejak. Dari data pelanggan yang datang, cari KESAMAAN PROFIL-nya. Jangan pikirkan yang minoritas, tapi cari profil yang mayoritas.
Re-Profiling yang standar, bisa menggunakan acuan teori segmentasi pasar. Simak dahulu, saya jelaskan aplikasinya kemudian.
Siapa Mereka? (demografis)
• Laki atau Perempuan; ingat: siapa mayoritas (80%), kecuali beda tipis.
• Usia; bisa dilihat dari seragam atau penampilan.
• Pendidikan; smu, mahasiswa, sarjana.
• Agama; kalau muslim bisa dilihat dari penampilan.
• Penghasilan; jangan tanya gajinya brapa.
Darimana mereka berasal? (geografis)
• Dari kantor, kampus, perumahan mana?
• Tipe brapa perumahannya?
• Kecamatan, kabupaten, ibukota provinsi?
Kapan dan seberapa sering mereka membeli? (behaviour)
• Saat pulang kerja/kuliah atau berangkat kerja/kuliah?
• Kenapa mereka membeli?
• Frekuensi pembelian; berapa kali mereka membeli dalam sebulan.
Apa kesamaan interest mereka? (psikografis)
• Bisa dilihat dari akun socmed yang mereka follow.
• Lifestyle; tak perlu ditanyakan, lihat saja jenis kendaraannya, gadget, tas dan asesoris lainnya.
• Personality; labil, bijak, perfeksionis, tenang, cerewet.
Bagaimana cara penggunaannya?
Dalam kasus rumah makan, untuk menentukan lokasi yang tepat untuk membangun usaha. Data yang diperlukan adalah:
1. Siapa kebanyakan yang makan di tempat Anda?
2. Darimana mereka berasal? Perkantoran, kampus, perumahan? Tipe?
3. Kebanyakan ramainya jam brapa saja?
4. Mereka beli saat pulang atau berangkat?
Misalnya, data (mayoritas pelanggan) yang didapat:
• 70% wanita, 30 % laki
• usia 17 – 25 tahun
• kuliah
• naik motor matic
• ramainya sore hari
• saat pulang dari kampus
Nah, dari situ Anda bisa menentukan lokasi yang ideal untuk membuka cabang adalah:
• harus dekat kampus
• yang kebanyakan wanita
• menggunakan motor matic
• berada di sisi kiri jalan menuju pulang (dari kampus ke rumah kos) atau 2 arah yang tak terhalang boulevard/pembatas jalan.
Jika Anda salah menentukan arah jalan dan ada pembatas, maka menambah barrier bagi konsumen.
Survei diatas belum tentu akurat. Bisa jadi saat cabang pertama, ternyata kampus pelanggan Anda mayoritas wanita. Jadi wajar jika prosentasi lelakinya hanya 30%. Bukan berarti laki-laki tak suka.
Saran saya untuk menguji lokasi yang tepat adalah membuka stan ujicoba (non permanen) atau mobile di sekitar lokasi sasaran. Jika tak ramai, tinggal pindah saja. Jika ramai, cari tempat yang disewakan.
3. RE-PROFILING(untuk pemasaran online)
Bukan berarti rumah makan, barber shop, atau usaha retail offline tak perlu pemasaran online. Selama target pasarnya adalah pengguna internet atau media sosial, lebih efektif, efisien dan terukur menggunakan pemasaran online.
Perbedaannya hanya di masalah pembatasan geografis saja saat beriklan. Rumah makan tentu membidik target pasar yang berada di radius 5 – 10 km. Selebihnya akan menjadi barrier.
Jaman dahulu kala…
Sebelum media sosial ada, internet masih barang mahal, survei dilakukan secara manual.
Jaman serba digital…
Survei semakin mudah dan murah. Berikan mereka iming-iming untuk follow dan mention akun socmed bisnis Anda, kemudian obrak-abrik akun medsos mereka. Kalau pengumpulan konsumen Anda menggunakan Fanpage, Anda bisa mendapatkan data demografis, geografis, psikografis secara langsung.
Asumsi mereka tak pernah bertatap muka langsung alias order online, maka cara manual Re-Profiling:
• Buka 1 per 1 akun socmed mereka (konsumen Anda).
• Lihat foto-foto dan TL mereka, kuliah/kerja, cewek/cowok, usia, ketahuan DEMOGRAFIS mereka.
• Cek siapa saja yang mereka follow, adakah akun artis, hobi, bisnis atau non personal? Ketahuan INTEREST atau PSIKOGRAFIS mereka.
• BEHAVIOUR bisa ketahuan dari jam, tanggal, frekuensi order.
• GEOGRAFIS jelas ketahuan dari alamat pengiriman atau stalking di TL.
• Cari KESAMAAN dari MAYORITAS data diatas.
Hal yang sangat bermanfaat dalam survei online dibanding offline adalah INTEREST. Hal ini bisa anda gunakan sebagai acuan pengembangan produk atau gimmick pemasaran Anda.
Contoh: Produsen Kaos Kaki Satuan, Voria Socks, ingin menerbitkan varian desain baru, secara data apa yang akan Langsung Laris?
Misalnya dari KESAMAAN INTEREST (terbanyak) follower Voria Socks, mereka follow akun:
• Agnez Monica
• Cat Lover
Maka jika Voria Socks mendesain kaos kaki bertema kucing, agnezmo dan yang berhubungan dengannya, in syaa Allah akan langsung laris.
Dari data PENGIRIMAN (termasuk via reseller), akan ketahuan kota ‘tergemuk’ ordernya dimana. Jika ingin buka outlet fisik dan Langsung Laris, sudah ketahuan dimana lokasinya.
Anda juga bisa Re-Profil data kampus (komunitas) mereka, tarik garis merah persamaan ‘kelas sosial’. Bidik akun socmed kampus-kampus tersebut dan yang serupa (seprofil). Langsung Laris..! Gampang kan..?
Seolah magic, tapi bukan magic. Inilah kesaktian database..!!
Database adalah harta karun terpendam. Mungkin Anda sudah memilikinya, tapi belum tahu cara menggunakannya. Silakan obrak-abrik malam ini..
"Jangan sibuk obrak-abrik TL mantan, tapi sibuklah obrak-abrik TL pelanggan"
4. RE-PROFILING (menebar umpan, siapa yang makan?)
Foto: kontribusi Zanana with no brand.
Penerapan Re-Profil ketiga adalah untuk awal (pra) launching bisnis baik offline ataupun online.
Teori dan Perkiraan sering tak sesuai dengan praktek di lapangan. Maka dari itu gunakanlah pendekatan praktek.
Masih ingat dengan materi Uji Ngangenin dalam buku Buka Langsung Laris? Jangan buru-buru berasumsi terhadap target pasar Anda. Bisa jadi target yang Anda bidik meleset.
Misal, awalnya Anda membidik anak muda (15 - 20 tahun), ehh ternyata orang dewasa (21 – 35 tahun). Atau awalnya membidik wanita, ehh yang nyantol kebanyakan pria. Gak lucu donk kalau kemasan berwarna PINK untuk target pasar cowok tulen.
Baiknya bagaimana?
1. Saat Uji Ngangenin, gunakan kemasan datar aja dengan tulisan produk, gak perlu merek (kecuali universal). Yang penting diferensiasi atau benefit yang kuat.
2. Uji di beberapa komunitas, seperti di tempat seminar, arisan, atau tempat kumpul-kumpul. Bisa buka stan, jual dengan harga terjangkau, yang penting mereka mau nyoba. Jangan mikir untung, karena tujuannya adalah dicoba.
3. Kalau di pasar online, saya memilih menggunakan FB ads dan tebarkan se-Indonesia atau satu kota tanpa filter demografis dan psikografis. Atau jualan di sembarang akun socmed.
4. Seperti menebar umpan di berbagai macam tambak, amati ikan di tambak mana yang terbanyak ‘nyantol’?
5. Yang ‘nyantol’ bisa jadi karena efek promo Anda. Jangan gunakan data pembeli, tapi gunakan data mereka yang repeat order. Karena repeat order adalah indikasi ‘ngangenin’. Memang tanpa optimasi, diperlukan upaya lebih untuk mengumpulkan dan memantau data perilaku konsumen.
6. Re-Profil-kan yang repeat order.
7. Cari kolam yang serupa dan uji. Jika laris, berarti benar target pasarnya. Jika belum benar, ya di-adjust dan uji lagi.
Gagal diterima dalam 1 target pasar, belum tentu produk Anda gagal total. Bisa jadi diterima di target pasar lainnya.
Hasil dari Re-Profiling yang tepat, menjadi acuan pembuatan desain kemasan, merek, slogan, saluran distribusi, dan penyebar virus. Kalau bingung dengan istilah yang saya sebutkan, silakan baca ulang Buka Langsung Laris.
Jangan buru-buru buka outlet fisik, karena akan beresiko salah tempat atau target pasar. Lebih baik sedikit lebih lambat, tapi akurat dalam pembidikan dan memperkecil resiko kerugian.
Saya temui banyak kasus pengusaha yang sukses dalam 1 produk/merek, mereka gagal menduplikasi kesuksesannya di produk/merek lainnya.
Karena saat mereka berhasil, mereka buru-buru dalam proses yang kedua dan melupakan bahwa tahapan yang seolah sepele. Padahal hal itu adalah proses penting yang harus dilalui.
Sukses bukanlah prestasi kaya dalam waktu singkat, tapi proses pendewasaan diri dan menemukan DNA keilmuan sejak dari langkah pertama. Sehingga saat kekayaan itu 'diambil', dia mampu menemukan jejak untuk kembali..
Mau segera mulai usaha? Anda bisa jadi Supplier dan mengikuti ini Inilah rahasia toko-toko online kecil bisa beromzet min 5-10Juta/hari !! Tanggal 22 terakhir pendaftar alias hari ini.
Masih ingat dengan materi Uji Ngangenin dalam buku Buka Langsung Laris? Jangan buru-buru berasumsi terhadap target pasar Anda. Bisa jadi target yang Anda bidik meleset.
Misal, awalnya Anda membidik anak muda (15 - 20 tahun), ehh ternyata orang dewasa (21 – 35 tahun). Atau awalnya membidik wanita, ehh yang nyantol kebanyakan pria. Gak lucu donk kalau kemasan berwarna PINK untuk target pasar cowok tulen.
Baiknya bagaimana?
1. Saat Uji Ngangenin, gunakan kemasan datar aja dengan tulisan produk, gak perlu merek (kecuali universal). Yang penting diferensiasi atau benefit yang kuat.
2. Uji di beberapa komunitas, seperti di tempat seminar, arisan, atau tempat kumpul-kumpul. Bisa buka stan, jual dengan harga terjangkau, yang penting mereka mau nyoba. Jangan mikir untung, karena tujuannya adalah dicoba.
3. Kalau di pasar online, saya memilih menggunakan FB ads dan tebarkan se-Indonesia atau satu kota tanpa filter demografis dan psikografis. Atau jualan di sembarang akun socmed.
4. Seperti menebar umpan di berbagai macam tambak, amati ikan di tambak mana yang terbanyak ‘nyantol’?
5. Yang ‘nyantol’ bisa jadi karena efek promo Anda. Jangan gunakan data pembeli, tapi gunakan data mereka yang repeat order. Karena repeat order adalah indikasi ‘ngangenin’. Memang tanpa optimasi, diperlukan upaya lebih untuk mengumpulkan dan memantau data perilaku konsumen.
6. Re-Profil-kan yang repeat order.
7. Cari kolam yang serupa dan uji. Jika laris, berarti benar target pasarnya. Jika belum benar, ya di-adjust dan uji lagi.
Gagal diterima dalam 1 target pasar, belum tentu produk Anda gagal total. Bisa jadi diterima di target pasar lainnya.
Hasil dari Re-Profiling yang tepat, menjadi acuan pembuatan desain kemasan, merek, slogan, saluran distribusi, dan penyebar virus. Kalau bingung dengan istilah yang saya sebutkan, silakan baca ulang Buka Langsung Laris.
Jangan buru-buru buka outlet fisik, karena akan beresiko salah tempat atau target pasar. Lebih baik sedikit lebih lambat, tapi akurat dalam pembidikan dan memperkecil resiko kerugian.
Saya temui banyak kasus pengusaha yang sukses dalam 1 produk/merek, mereka gagal menduplikasi kesuksesannya di produk/merek lainnya.
Karena saat mereka berhasil, mereka buru-buru dalam proses yang kedua dan melupakan bahwa tahapan yang seolah sepele. Padahal hal itu adalah proses penting yang harus dilalui.
Sukses bukanlah prestasi kaya dalam waktu singkat, tapi proses pendewasaan diri dan menemukan DNA keilmuan sejak dari langkah pertama. Sehingga saat kekayaan itu 'diambil', dia mampu menemukan jejak untuk kembali..
Mau segera mulai usaha? Anda bisa jadi Supplier dan mengikuti ini Inilah rahasia toko-toko online kecil bisa beromzet min 5-10Juta/hari !! Tanggal 22 terakhir pendaftar alias hari ini.
0 komentar:
Post a Comment