Kisah Sukses Wirausaha ini bercerita pertemuan yang tak terduga antara Pemilik Hotel dan seorang manager sebuah hotel. Karena keduanya memiliki mental kaya hasil pertemuan selanjutnya menjadi tidak terduga.
Tapi sebelumnya tahukah apa itu mental kaya? Kurang lebih inilah kriteria yang disebut mental kaya
1. Totalitas
Dimanapun
anda berkerja, bekerjalah secara totalitas, maka keajaiban akan datang. Gak
masuk akal? Bekerja setengah-setengah hanya menurunkan produktifitas karena
otak melambat 40% menurut penelitian.
Selanjutnya
orang yang totalitas disukai orang entah anda sebagai pengusaha, tentu klien anda akan
puas. Entah anda sebagai Karyawan tentu Bos akan menghargai karyawan yang
berprestasi. Coba posisikan anda sebagai owner perusahaan, apakah anda akan membiarkan
pegawai berprestasi anda di sia-sia kan?
2. Fokus
Membantu bukan Uang
Uang
hanya dampak dari kebermanfaatan yang kita berikan. Entah anda sebagai
pengusaha dengan menjual prodak atau karyawan mengeluarkan tenaganya. Selama
konsumen merasakan manfaat prodak anda konsumen tidak akan segan mengeluarkan
uangnya. Begitu juga sebagai karyawan ketika perusahaan merasakan manfaat anda, perusahaan tidak akan segan mempromosikan ke tingkat lebih baik dan menggaji anda dengan lebih baik.
3. Tulus
Selalu
senang membantu orang, Karena membantu adalah menyenangkan, Kecuali bagi mereka
yang tidak layak dibantu.
Lebih jelas lagi baca kisahnya,
Dikutip dari artikel mas Jaya Setiabudi
KETULUSAN BERBUAH KEKAYAAN
Di suatu malam yang hujan lebat, di penghujung abad 19, ada seorang
lelaki tua dan istrinya masuk ke sebuah lobi hotel kecil di Philadelphia untuk
mendapat tempat bermalam. Terjadilah percakapan antara lelaki tua itu dengan
resepsionis hotel bernama George C. Boldt.
Tamu : Anak muda, adakah kamar untuk kami bermalam?
George : Maaf Tuan, seperti tuan ketahui, ada 3 konvensi besar di kota sekecil Philadelphia ini. Semua hotel sudah penuh, begitu juga dengan hotel ini.
George : Maaf Tuan, seperti tuan ketahui, ada 3 konvensi besar di kota sekecil Philadelphia ini. Semua hotel sudah penuh, begitu juga dengan hotel ini.
Kemudian George sejenak merenung,
dia tak akan mengijinkan pasangan elegan tersebut menunggu di lobi hotel hingga
esok atau mencari hotel lain di lebatnya hujan..
George : …tapi Tuan, saya tak tega
membiarkan pasangan seperti Anda mencari hotel di lebatnya hujan pukul 1 dini
hari. Maukah Tuan dan Nyonya menempati kamar saya? Mungkin tidak pantas untuk
Tuan, namun cukup untuk istirahat dan saya akan segera bereskan.
Tamu : Baiklah…
Tamu : Baiklah…
Keesokan harinya saat mengantar
pasangan tersebut menuju taxi, lelaki itu berkata, “George,suatu saat nanti,
akan aku bangun sebuah hotel termegah di dunia dan kamu akan menjadi manajer
pertama disana”.
Mereka bertiga tertawa..
George tak pernah menggap serius
perkataan tamu itu, bahkan dia sudah melupakannya. Karir George terus menanjak
hingga menjadi manajer di hotel itu, karena kebiasaan produktif dan ketulusan bekerja yang ia lakukan.
2 tahun kemudian…
George mendapat sebuah surat berisi
undangan dari ex-tamu tersebut dan tiket pulang pergi ke New York. Mobil
penjemput George mengantarkannya ke sebuah kafe kecil di sudut Fifth Avenue and
34th Street, New York, untuk berjumpa dengan lelaki tua itu.
Setelah beramah-tamah, lelaki itu
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar pengetahuan George tentang bisnis
perhotelan dan pelayanan yang istimewa.
Kemudian lelaki tersebut mengajak George keluar dari kafe dan menunjuk sebuah bangunan megah yang hampir jadi.
Tamu : George, lihatlah bangunan
megah itu. Hotel itu aku bangunkan untukmu dan kamu akan menjadi manajer
pertama disana.
George : Ahh Tuan, Anda pasti
sedang bergurau…
Tamu : Saya jamin tidak.
Tamu : Saya jamin tidak.
Nama hotel itu adalah Waldorf
Astoria, hotel termegah di dunia saat itu. Dan lelaki tua itu adalah Sir
William Waldorf Astor, salah satu pewaris kerajaan Inggris. Karir George terus
menanjak, hingga ia mampu membangun hotel dengan desain puri yang mewah.
(search: Boldt Castle)
Apa yang dilakukan George malam itu
bukanlah suatu kebetulan, tapi kebiasaan bekerja dengan hati, bukan sekedar
karena gaji dan tidak hitung-hitungan. Bisa saja George menolak tamu malam itu
dengan alasan “kamar penuh” dan dia akan kehilangan kesempatan berharga itu
seumur hidupnya.
“Kita tak pernah tahu, kapan
‘malaikat’ akan lewat…
…namun jika kita berbuat yang terbaik setiap saatnya, maka tak kan terlewatkan ‘malaikat’…”
…namun jika kita berbuat yang terbaik setiap saatnya, maka tak kan terlewatkan ‘malaikat’…”
Yuk Praktek!
"Sebaik-baik ilmu adalah yang dipraktekan" Jaya Setiabudi
Sumber gambar: www.jalansanasini.com
Sumber data: @strategi_bisnis
0 komentar:
Post a Comment