Sering tentunya kita melihat di televisi bagaimana sebuah pekerja hotel yang membantu membawakan barang-barang kita ke kamar hotel dan setelah selesai biasanya konsumen hotel tersebut memberikan tips atau hadiah buruh ke pengangkut barang, biasanya berupa uang atau sesuatu benda.
Jika konsumen hotel tidak memberikan tips biasanya pekerja hotel atau disebutnya bell boys memberikan kode dengan berdiam diri sebentar di dekatnya atau kode pura-pura batuk. #ehem Cie.. ditungguin..
Jika anda peka dan kebetulan ada
uang recehan di kantong, mungkin anda tidak akan ragu untuk memberikan tips.
Tapi jika kebetulan saat itu anda tidak punya uang tips mungkin anda akan sedikit kebingungan dengan sedikit
perasaan bersalah akan bilang “maaf mas
gak ada”.
Sebagian Bell boys mungkin maklum dengan memberikan sedikit senyum dan sebagian mungkin agak cemberut dengan sedikit ditahan karena mencoba ramah kepada konsumen sesuai SOP kecuali perusahaannya tidak ada SOP nya.
Sebagian Bell boys mungkin maklum dengan memberikan sedikit senyum dan sebagian mungkin agak cemberut dengan sedikit ditahan karena mencoba ramah kepada konsumen sesuai SOP kecuali perusahaannya tidak ada SOP nya.
Yang lebih parah lagi bell boys
yang agak cemberut tersebut setelah keluar kamar mungkin akan mendumel bahasa
kasarnya “dasar pelit!”. Keparahan pun bisa berlanjut ketika anda butuh bantuan
untuk mengangkut barang tiba-tiba bell boys tadi melihat konsumen tersebut dan
berusaha menghindarinya.
Wah bagaimana perusahaan mau maju jika konsumennya diabaikan begitu padahal mungkin konsumen tersebut benar-benar akan memberikan tips yang gede sekarang.
Wah bagaimana perusahaan mau maju jika konsumennya diabaikan begitu padahal mungkin konsumen tersebut benar-benar akan memberikan tips yang gede sekarang.
Nah itulah jika melegalkan tips
pada system perusahaan kita, Pegawai akan lebih money oriented, Jika diberi
tips kecil apalagi tidak diberi sama sekali mungkin pegawai tersebut akan malas
bekerja, ngomel-ngomel dan tidak bergairah bekerja. Selain mengajarkan habit
yang jelek ini akan berdampak pada performa perusahaan dan kualitas SDM.
SDM seharusnya dibina agar bisa mencintai pekerjaannya, uang bukan segalanya untuk memperoleh kebahagian, jika kita mencintai pekerjaannya, diberi atau tidak diberi tips akan tetap bergairah dalam bekerja dan berusaha tersenyum kepada konsumen.
SDM seharusnya dibina agar bisa mencintai pekerjaannya, uang bukan segalanya untuk memperoleh kebahagian, jika kita mencintai pekerjaannya, diberi atau tidak diberi tips akan tetap bergairah dalam bekerja dan berusaha tersenyum kepada konsumen.
Jika konsumen melihat pekerja
cemberut tentu itu akan membuat tidak nyaman konsumen, memang salah apa sek gue
kata konsumen padahal gue bayar, lain cerita jika konsumen melihat pekerja yang
terampil, cekatan, rajin, ramah dan sering senyum, mungkin tidak disuruh pun
konsumen akan memberikan tipsnya, bahkan lebih jauh mungkin akan ditawarkan
untuk kerja dengan nya.
Pernah lihat cerita satpam sukses yang omset milyaran perbulan? Beliau asalnya satpam tapi karena mas Jaya melihatnya cekatan, punya skill beliau tertarik sehingga menawarkan untuk menjadi timnya.
Pernah lihat cerita satpam sukses yang omset milyaran perbulan? Beliau asalnya satpam tapi karena mas Jaya melihatnya cekatan, punya skill beliau tertarik sehingga menawarkan untuk menjadi timnya.
Jadi jika kita diposisi
sebaliknya jadi pekerja, berusaha lah mencintai pekerjaan kita, jika kita
mencintai pekerjaan kita kebagian akan datang dalam pekerjaan dan menyebar
kepada yang lain. Kemudian usahakan selalu menolak tips agar tidak menjadi
kebiasan, sadar tidak sadar kalau terbiasa mendapat tips, kita akan ada
perasaan kecewa saat tidak dapat tips.
Okee contoh sebaliknya jika kita
mencintai pekerjaan kita, seperti di awal dijelaskan tentang satpam sukses,
saya akan berikan contoh lebih sederhana lagi. Ini kisah nyata saya, kaya apa
aja bilang kisah nyata… Baik-baik gini ceritanya, Saat saya berpergian
menggunakan kendaraan umum Bus, kebetulan waktu itu masih diterminal Bus masih
keadaan menunggu penumpang lainnya.
Biasa suka ada pengamen atau pedagang asongan yang menjajalkan suaranya dan dagangannya. Saat itu posisi saya agak dekat dengan pintu Bus, Datanglah seorang nenek yang udah tua.. (Ya iyalah udah tua, gundulmu masih muda)..
okee-oke jangan rusuh saya lanjutkan ceritanya, Selain sudah tua nenek tersebut sudah agak jompo atau kesusuahan dalam berjalan, kebetulan dia lagi sendiri, pas mau naik ke Bus, otomatis dia terlihat kesulitan, karena harus naek ke tangga Bus, kebetulan posisi paling dekat pintu saat itu adalah pedagang asongan yang lagi menawarkan prodaknya.
Biasa suka ada pengamen atau pedagang asongan yang menjajalkan suaranya dan dagangannya. Saat itu posisi saya agak dekat dengan pintu Bus, Datanglah seorang nenek yang udah tua.. (Ya iyalah udah tua, gundulmu masih muda)..
okee-oke jangan rusuh saya lanjutkan ceritanya, Selain sudah tua nenek tersebut sudah agak jompo atau kesusuahan dalam berjalan, kebetulan dia lagi sendiri, pas mau naik ke Bus, otomatis dia terlihat kesulitan, karena harus naek ke tangga Bus, kebetulan posisi paling dekat pintu saat itu adalah pedagang asongan yang lagi menawarkan prodaknya.
Melihat nenek tua tersebut
pedagang tersebut merasa tergugah dan langsung mendekati nenek tersebut untuk
membantunya hingga akhirnya bisa duduk dalam Bus tersebut. Nenek tua tersebut
sangat peka dan mencoba memberikan tips, tapi pedagang tersebut menolaknya
dengan bahagianya “ga usah nek” Pedagang tersebut terlihat senyum bahagia
karena bisa membantu.
Balik ke si nenek, Si nenek pun tidak mau kalah, kemudian terbesitlah ide “Mang kalau gitu saya beli barang itu ya diborong” akhirnya nenek tersebut berhasil membalas kebaikan pedagang tersebut dengan membeli barang dagangannya.
Balik ke si nenek, Si nenek pun tidak mau kalah, kemudian terbesitlah ide “Mang kalau gitu saya beli barang itu ya diborong” akhirnya nenek tersebut berhasil membalas kebaikan pedagang tersebut dengan membeli barang dagangannya.
Nah itulah cerita tentang
bagaimana kita harus mencintai pekerjaan kita karena uang adalah efek dari
manfaat apa yang kita berikan. Jika kita bisa memberikan manfaat uang dengan
sendirinya akan mengikuti.
Semua perbaikan menimbulkan 'rasa sakit'. Tinggal kita pilih, mau fokus pada 'perbaikan' atau fokus pada 'rasa sakit'. Ippho Santosa
0 komentar:
Post a Comment