Julukan
Bandung Lautan Api kini sering diplesetkan oleh surat kabar nasional salah
satunya news.okezone.com sebagai
Bandung Lautan sampah di Judul beritanya[1].
Tentu julukan tersebut disebabkan banyaknya tumpukan-tumpukan sampah di kota
Bandung. “Setiap
hari sampah di Kota Bandung sekitar 1.600 ton. Dari jumlah itu, yang dapat
terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti sekitar 1.200 ton.
Sisanya, sebanyak 150-250 ton diolah warga, 150-250 ton sampah lainnya tidak
terangkut, dan dibuang di tempat pembuangan sampah liar.”[2]
Kenapa
banyak sisa sampah yang tidak terangkut, ini sebenarnya hanya masalah teknis
kurangnya jumlah truk pengangkut sampah.
"Jumlah truk pengangkut sampah saat ini sekitar 120
unit, yang seharusnya diperlukan sekitar 140 unit untuk menjangkau 160 TPS
(tempat pembuangan sementara) di seluruh Bandung. Pengangkutan sampah di TPS
rata-rata dapat dilakukan seminggu tiga kali," jelas Kepala Bidang Hukum
dan Humas Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung, Djubaedah, Kamis
(25/9), di Bandung.[3]
Masalah yang dihadapi
kota Bandung mengenai sampah bukan hanya banyaknya sampah yang tidak terangkut
juga masalah pungutan sampah. Sampah-sampah yang berada di kota Bandung tidak
semua langsung masuk tempat sampah atau masih banyak sampah berserakan
sembarangan di kota Bandung. “Selain
jumlah truk pengangkut sampah kurang, jumlah petugas penyapu jalan hanya 1.300
orang, yang bekerja pada pukul 05.00 sampai pukul 11.00. Mereka belum dapat
menjangkau seluruh wilayah Kota Bandung, tetapi baru sebatas jalan utama atau
protokol dan jalur wisata.”[4]
Hal tersebut menandakan
bahwa kepedulian khususnya masyarakat kota Bandung dan pendatang yang datang ke
kota Bandung tentang menjaga lingkungan tetap bersih masih kurang. Atas dasar
hal tersebut dan agar masyarakat kota Bandung mau berbuat aksi nyata maka
Pemkot Kota Bandung dan aktivis penggiat lingkungan meluncurkan program Gerakan
Pungut Sampah (GPS) bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Tingkat
kota Bandung 2014, di Lapangan Tegalega, Senin (23/06/21014).
Peneliti bermaksud
untuk meneliti bagaimana strategi Kampanye Gerakan Pungut Sampah yang dilakukan
oleh Pemkot Kota Bandung tersebut. Peneliti tertarik karena Gerakan pungut
sampah adalah Hal sesuatu yang berhubungan dengan kebiasaanya sehingga akhirnya
menjadi kultur. Ini bukan sesuatu yang dilakukan sekali atau dua kali kampanye
tapi perlu adanya konsistensi. Strategi kampanye tersebut harus bisa masuk ke
dalam lifestyle atau kultur.
Hal tersebut sejalan
dengan yang dikatakan Wali kota Bandung, Ridwan Kamil
“Perubahan kultur dari yang biasanya cuek, biasanya buang sampah sembarangan, kultur yang biasa pasif
menjadi aktif untuk mencintai kebersihan, Jaraknya 100 hingga 300 meter
mudah-mudahan ini jadi cara baru untuk masyarakat Kota Bandung agar mencintai
kotanya. Saya kira sederhana, Kuncinya mulai
dari pemimpinnya hingga warganya harus mulai melakukan hal yang sama (pungut
sampah). Kita sudah komitmen hari ini, Senin, Rabu, dan Jumat kita luangkan
waktu 10 sampai 30 menit untuk memungut sampah di lingkungan terdekat kita,
Karena pemerintah tidak bisa mengurusi yang sifatnya
rutin seperti sampah ini,"[5]
Dengan kondisi masalah
sampah yang tidak terangkut dan sampah yang tidak terpungut jika terus
dibiarkan akan sulitnya mewujudkan cita-cita kota Bandung sebagai Kota wisata
yang bersih. Sampah yang terus dibiarkan tentu akan semakin tidak baik karena
akan menimbulkan bau busuk dan sumber penyakit.
Selain itu ada hal yang
lebih fatal lagi yaitu Banjir. Sebagai sebuah kota yang terus berkembang
pembangunannya akan menjadi fatal jika sampah tidak ditangani dengan baik.
Resepan air yang semakin melemah, Selokan tersumbat dan Jaringan selokan yang
tidak baik, Banjir menjadi sesuatu yang sangat mungkin. Dari data Dinas Bina
Marga dan Perairan (DBMP) kota Bandung, di Kota Bandung terdapat 68 lokasi
rawan Banjir, 23 diantarnya sudah ditangani meski di beberapa lokasi belum
optimal.[6]
“Ditandai
dengan pemukulan gendang, Gerakan Aksi Pungut Sampah tersebut diresmikan
Walikota Bandung, M Ridwan Kamil bersama Ketua DPRD Kota Bandung, Erwan
Setiawan, Kapolrestabes Bandung, Kombes Pol. Mashudi, Komandan Kodim 0618/BS
Letkol (Inf) Rudy M. Ramdhan serta Ketua TP PKK Atalia Kamil, dihadapan sekitar
1000 peserta aksi dan secara serentak pula Gerakan tersebut dilakukan 600
peserta di Lapangan Seskoad, 600 aktivis di Taman Teuku Umar, serentak di 30
kecamatan dan seluruh kantor instasi pemerintah, BUMD, TNI dan POLRI.”[7]
Bukan
hanya itu dalam acara launching Gerakan Pungut Sampah, Walikota Bandung
memberikan penghargaan kepada sekolah di Kota Bandung.
“Dalam
kesempatan itu juga Walikota Bandung memberikan perhargaan kepada 50 sekolah
yang telah ditetapkan sekolah Adiwiyata Kota Bandung, pada peringatan Hari
Lingkungan Hidup Tingkat Nasional 2014 Kota Bandung mendapatkan
perhargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup berupa sertifikat Adipura sebagai
Best Effort dan mendapatkan penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri yang
diberikan kepada SD BPI, SMP Negeri 28 Bandung dan SMA Negeri 8 Bandung.”[8]
Guna mendukung program Gerakan
Pungut Sampah agar masyarakat khususnya Bandung atau yang sedang berjalan-jalan
di Bandung tidak membuang sampah sembarangan kembali, Pemkot Bandung juga sudah
mengeluarkan aturan Denda bagi ketahuan yang membuang sampah sembarangan dengan
mengarahkan relawan Pahlawan Urang Bandung (Prabu) di setiap sudut kota
kembang.
"Denda bagi pembuang sampah
diberlakukan di Kota Bandung mulai 1 Desember 2014, dasar hukumnya Perda K3
Kota Bandung. Minggu pertama ini sosialisasi, belum ada denda, namun pekan
depan mulai diberlakukan," kata Wali Kota Bandung H Ridwan Kamil di
Bandung, Senin (1/12).”[9]
Denda bagi pembuang sampah
sembarangan dimulai dari Rp 250 Ribu hingga Rp 50 Juta tanpa pandang bulu.
Denda berlaku bagi masyarakat Kota Bandung atau pendatang yang sedang
jalan-jalan di Bandung. Relawan Pahlawan Urang Bandung (Prabu) di setiap sudut
kota kembang inilah yang bertugas mengawasi dan mencatat bila ada yang
melanggar. Prabu bertugas mencatat dan memfoto KTP pelanggar yang kemudian data
tersebut di serahkan ke satpol PP kota Bandung, Karena Satpol PP yang kemudian
berhak menjatuhkan denda.
Strategi Kampanye Gerakan Pungut
Sampah (GPS) juga menggunakan sosial media sebagai salah satu alat kampanyenya.
Sosial media yang utamanya adalah Twitter. Twitter adalah salah satu sosial
media masa kini yang juga telah menjadi life style atau kultur para netizen.
Sejalan dengan Twitter yang sudah menjadi life style netizen, Gerakan Pungut
Sampah (GPS) juga berusaha menjadikan GPS sebagai life style yang coba
mempersuasi bahwa membuang sampah adalah life style atau kultur memalukan
sehingga para pelaku kena hukuman sosial berupa sindiran dari para netizen jika
tertangkap. Karena hukuman sosial yang diterapkan sejauh ini berhasil membuat
viral.
Bukan hanya itu kebalikan dari si
Pelanggar si pemungut sampah coba dijadikan sebagai sosok pahlawan masa kini
karena telah berusaha menjaga lingkungan bersih dan nyaman. Menjadikan hal
tersebut life style atau kultur juga sehingga ketika para pahlawan pemungut
sampah ini ketika di-publish di sosial media twitter akan mendapatkan pujian
dari para netizen, Suatu penghargaan yang lebih ampuh dari pada Uang. Hal
tersebut memicu terjadinya Life style atau kultur masyarakat yang sadar agar
tidak membuang sampah sembarangan.
Kekuatan sosial media twitter
sebagai alat kampanye sebetulnya sudah digunakan sebelum-sebelumnya oleh
Walikota Bandung untuk mengkampanyekan program-programmnya. Sejauh ini sangat
berhasil dan powerful Bagaimana program-program seperti Jumat bersepeda, Rebo
Nyunda, Seribu taman telah mulai berhasil menjadi life style atau gaya hidup.
Keberhasilan menggunakan twitter
sebagai alat kampanye programnya coba diterapkan juga pada program Gerakan
Pungut Sampah (GPS) agar program tersebut bisa menjadi life style atau kultur
bagi khususnya masyarakat kota Bandung umumnya para pendatang untuk tidak
membuang sampah sembarangan dan mau memungut sampah ketika ada sampah
berserakan.
Twitter resmi akun Gerakan Pungut
Sampah adalah @GPSbdg
Twitter @GPSbdg
ini sampai saat ini masih aktif mengkampanye gerakan-gerakan pungut sampah
terutama yang di Bandung. Sejalan dengan mencoba menjadikan life style atau
kultur. Pujian dan sindiran para netizen inilah senjata untuk menjadikan
Gerakan pungut sampah menjadi kultur karena sanksi sosial di sosmed akan mudah
menyebar.
Bukan hanya itu
guna mendorong benar-benar tercipta kultur masyarakat yang sadar tentang
kebersihan sampah. Program GPS juga coba memberikan hadiah atau reward bagi
yang berhasil melakukan mengumpulkan sampah suatu terobasan yang inovatif.
Program inovatif
seperti pemberian hadiah bagi pengumpul sampah biasanya dilakukan pada saat ada
suatu event-event terutama event besar, contohnya seperi event Konferensi Asia
Afrika seperti pada gambar di atas. Euphoria suatu event besar di barengi
program inovatif seperti pemberiaan hadiah seperti itu adalah suatu cara yang
ampuh bisa membangun kultur Gerakan Pungut Sampah. Kuncinya terletak di daya
komforitas atau ikut-ikutan dan daya viral atau cepat menyebar.
Ketika Anda menolong orang lain, sesungguhnya Anda sedang membuat jalan
bagi orang lain dan Tuhan untuk menolong Anda. #Ensiklopedia Keajaiban
Rezeki Ippho Santosa
[1] http://news.okezone.com/read/2010/12/17/340/404368/bandung-lautan-sampah
[2] http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/setiap-hari-400-ton-sampah-di-kota-bandung-tak-terangkut
Sumber gambar: twitter Gps
[3] idem
[4]
idem
[5] http://regional.kompas.com/read/2014/06/23/1114368/Ridwan.Kamil.Bikin.Gerakan.Pungut.Sampah.Senin.Rabu.Jumat.
[6] http://antarajawabarat.com/lihat/berita/20805/diperlukan-rp94281-miliar-untuk-atasi-banjir
[7] http://bplh.bandung.go.id/v2/launching-gerakan-pungut-sampah-dan-peringatan-hari-lingkungan-hidup-tingkat-kota-bandung/
[8]
idem
[9] http://m.republika.co.id/berita/nasional/daerah/14/12/01/nfwlur-buang-sampah-di-kota-bandung-kena-denda-lho
Senin, 01 Desember 2014, 19:40 WIB
0 komentar:
Post a Comment